Kultwit @malakmalakmal tentang #sejarah nasional Indonesia

Pada hari Rabu, 29 Juni yg lalu
, telah diadakan Seminar Pendidikan Islam di Univ. Ibn Khaldun, Bgr. Seminar tsb bertajuk “Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Urgensi dan Aplikasinya pd Kurikulum SMA”. Acara tsb jg sekaligus menjadi peluncuran resmi sebuah buku pelajaran #Sejarah utk tingkat SMA. Buku tsb diberi judul “#Sejarah Nasional Indonesia: Perspektif Baru” (2 jilid), karya Tiar Anwar Bachtiar dkk.Buku #Sejarah yang baru ini, sesuai judulnya, membawa perspektif baru, yaitu perspektif yg ‘jujur’ thd Islam. Penulisan #Sejarah yg jujur dan apa adanya adalah hal paling prinsip yg hrs jd perhatian semua sejarawan. Pd kenyataannya, sudah sejak lama kita memahami #Sejarah sebagai kisah yg ditulis oleh para ‘pemenang’. Sdh barang tentu, istilah ‘pemenang’ di sini konteksnya sangat temporal. Karena ‘pemenang’ #Sejarah silih berganti, maka versi sejarah pun terus berganti.
Dahulu, masyarakat Eropa terus dihasut dgn berita2 miring ttg Islam dan Shalahuddin al-Ayyubi. Muncul imej yg menggambarkan Islam dalam wajah yg haus darah, barbar dan keji. Namun seiring berjalannya waktu, Barat pun ‘dipaksa’ utk jujur dlm menilik sejarah Perang Salib. Karena cendekiawan Muslim bermunculan di mana-mana, maka perlawanan intelektual pun muncul. Berbagai fakta terungkap, sehingga kontribusi peradaban Islam di masa lampau tak bs lg ditutup-tutupi. Anda, misalnya, dpt melihat kegemilangan peradaban Islam di situs http://www.muslimheritage.com/. Situs tsb memperlihatkan fakta2 sejarah yg selama ini ditutup2i oleh peradaban Barat.
Bila berbicara ttg #Sejarah Sains di Barat, seringkali terjadi ‘lompatan’ yg jaraknya berabad-abad. Prof. Malik Badri memberikan catatan khusus mengenai ‘lompatan’ #Sejarah semacam ini. Biasanya, peradaban Barat selalu mengacu pada Yunani kuno, seolah2 dari situlah sumber peradaban Barat. Setelah menyebut nama2 besar spt Phytagoras, Socrates, Plato, Aristoteles dan Euclid, apa yg terjadi? Ternyata, #Sejarah Barat tiba-tiba ‘melompat’ 15 abad hingga ke jamannya Roger Bacon. Jika bicara ttg sains, #Sejarah Barat ‘melompat’ 13 abad dari Galen hingga ke jamannya Copernicus. Ini terjadi krn ada suatu hal menarik yg terjadi setelah jaman Yunani kuno berlalu. Hal ini diungkap oleh Kabuye Uthman Sulaiman, cendekiawan Muslim asal Uganda.
Jika kita memandang sejarah secara jujur, dlm kurun waktu belasan abad itu akan dijumpai kontribusi Islam. Pada masa itu, seorang Raja Muslim di Spanyol punya 600rb buku dlm perpustakaan pribadinya. Kota Cordoba yg dikuasai Islam saat itu telah memiliki 800 sekolah umum. Tidak ada satu desa pun yg tidak terjangkau oleh fasilitas pendidikan pada masa itu. Bahkan pada masa itu nyaris tak ada satu pun rakyat jelata Muslim Spanyol yg tak bisa baca-tulis. Pada saat yg sama, jangankan rakyat, bahkan Raja-raja Eropa pun tak bisa membaca atau menulis.
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi dlm artikelnya di majalah ISLAMIA pernah membahas seputar akar peradaban Barat. Kini, setelah para ahli di Barat mulai ‘berani’ bicara jujur ttg #Sejarah, ditemukan hal2 yg mungkin mengejutkan bg sebagian org. Setelah era filsafat Yunani kuno, peradaban Barat (Eropa) ternyata tidak berkembang. Setelah itu, datanglah jaman kegelapan di Eropa. Inilah masa2 ketika Barat ditutupi oleh kejahilan. Islam kemudian memasuki Eropa dgn tingkat intelektual yang jauh lebih superior. Berbeda dgn kaum lain yg membumihanguskan jajahannya (spt Mongol), Islam datang dgn membawa pencerahan. Karya2 filsuf Yunani digali, diterjemahkan dan dipelajari kembali. Tidak semua filsafat Yunani dapat diterima, tentu saja. Dlm proses itu ada jg tahap penyaringannya. Ketika Islam menguasai Spanyol, maka keadaan Spanyol jauh berbeda dgn di daratan Eropa lainnya. Krn peradaban Islam bukan peradaban yg rasis dan fasis, maka siapa pun boleh menuntut ilmu. Dari peradaban di Spanyol inilah warga Eropa berduyun-duyun menuntut ilmu setelah masa berabad-abad, peradaban Islam menemui antiklimaksnya. Sebaliknya, Barat mencapai puncak kejayaannya dgn memanfaatkan temuan2 ilmuwan Muslim. Tentu saja, dlm prosesnya terjadi ketidakjujuran intelektual, yaitu dgn menutup2i #Sejarah peradaban Islam.
Di Indonesia, ketidakjujuran #Sejarah juga seringkali terjadi, bahkan secara sistematis. Jika berbicara ttg puncak kegemilangan bangsa Indonesia, maka rujukannya adalah Sriwijaya dan Majapahit. Dgn Sumpah Palapa, muncullah klaim bahwa kekuasaan Majapahit sudah meliputi Malaysia, Thailand dan Filipina. Pdhal, jangankan di luar negeri, di Sumatera pun nyaris tak ada bekasnya. Dgn kata lain, jika memang Sumpah Palapa itu benar ada, maka realisasinya sangat diragukan. Ketika menceritakan #Sejarah masuknya Islam, lagi2 muncul pemberian imej yg salah thd Islam. Kerajaan2 Islam digambarkan sbg biang kerok runtuhnya Majapahit. Dgn kata lain, Islam-lah yg dijadikan kambing hitam bagi berakhirnya era kejayaan bangsa Indonesia.
Masih banyak fakta2 sejarah lai
n yg disembunyikan utk menutupi kontribusi umat Muslim di negeri ini. Sudah sejak lama, misalnya, Buya Hamka ‘menggugat’ #Sejarah Pangeran Diponegoro. Menurutnya, #Sejarah ttg Diponegoro sdh demikian kabur, sehingga imej mistis justru lebih kental drpd sejarah aslinya. Identitas Pangeran Diponegoro sbg seorang ulama besar justru tidak pernah disebut. Sebaliknya, Diponegoro justru disebut2 melakukan perlawanan thd Belanda krn tanahnya direbut. Dlm pandangan Buya Hamka, memang ada yg dgn sengaja menghilangkan identitas keulamaan beliau. Padahal, dari dulu sampai sekarang, sulit sekali dijumpai Raja-raja Jawa lain yg bersorban dan bergamis. Gaya berpakaian yg sangat ‘ekstrem’ dibandingkan dgn keluarga Keraton lainnya adalah bukti keulamaannya. Oleh krn itu, Hamka menegaskan bhw perjuangan Diponegoro adalah jihad utk menegakkan Islam di tanah Jawa.Masih banyak ketidakjujuran #Sejarah lainnya, misalnya dlm sejarah lahirnya Pancasila dan Piagam Jakarta. Dari sisi lain, ada juga ketidakjujuran dalam bentuk lainnya. Dlm pelajaran #Sejarah, kita dpt dgn mudah menemukan uraian ttg masuknya agama Hindu, Budha dan Islam. Tapi mengapa tak pernah ada pembahasan ttg masuknya agama Kristen? Ini membuktikan bahwa penulisan #Sejarah di Indonesia selama ini masih saja berkiblat ke Barat. Pemerintah Kolonial Belanda mmg berusaha keras merekayasa #Sejarah Indonesia demi kepentingannya sendiri. Dlm #Sejarah versi mereka, tak pernah ada kisah ttg masuknya agama Kristen ke Nusantara. Sebab, kalau harus diceritakan, maka harus diakui bahwa agama Kristen masuk dgn membonceng kolonialisme. Tentu saja, fakta ini haruslah ditutupi oleh Belanda. Anehnya, bangsa Indonesia mengikut saja.
Tiar Anwar Bachtiar, ketua tim penulis buku “#Sejarah Nasional Indonesia”, punya sebuah pendapat menarik. Menurutnya, ketidakjujuran #Sejarah terhadap kontribusi Islam di Indonesia ini sangatlah berbahaya. Diskriminasi semacam ini membuat umat Islam merasa menjadi warga kelas dua di negerinya sendiri. Pdhal, ketika mengusir penjajah dulu, umat Islam adalah kekuatan utama di negeri ini. Pada akhirnya perasaan ‘warga kelas dua’ ini menimbulkan semacam kegamangan dlm hati umat Islam. Muncullah generasi yg merasa bahwa identitas ‘Keislaman’ dan ‘Keindonesiaan’ saling berlawanan dlm dirinya. Jika ia menunjukkan identitasnya sbg seorang Muslim, maka ia merasa ‘kurang Indonesia’. Sebaliknya, jika ia mendahulukan negara, maka ia merasa ‘kurang Islami’. Oleh karena itu muncullah gerakan2 radikal yg memperuncing masalah antara agama dan nasionalisme tsb. Padahal, ulama2 besar sejak dahulu tak pernah mempertentangkan keduanya. Oleh krn itu, pemerintah RI harus berkaca pada cermin yg jernih. Benarkah radikalisme di negeri ini lahir karena ajaran Islam? Ataukah radikalisme sebenarnya lahir karena diskriminasi #Sejarah thd umat Muslim? Sudah saatnya kita membaca #Sejarah dengan jujur, apa adanya, tanpa perlu menganaktirikan salah satu pihak. Umat Islam telah banyak berkontribusi bg negeri ini, krn hal itu adalah seruan agamanya. Oleh karena itu, tidaklah layak menjadikan umat Muslim sbg kambing hitam. Semoga kita mampu menelaah #Sejarah dgn lebih baik dan mengambil pelajaran sebanyak2nya. Aamiin…
Mari bekerja untuk Indonesia!
Komentar
Posting Komentar